Penghinaan terhadap agama islam terjadi kembali. Setelah karikatur yang menghina nabi Muhammad di lakukan oleh warga Denmark, kini Geert Wilders seorang politikus pimpinan salah satu partai di Belanda melakukan propaganda melecehkan dan menyudutkan umat islam dengan membuat Film "FITNA" yang kemudian menjadi fitnah bagi umat muslim.
Lalu bagaimana reaksi dunia mengenai Film itu? Khususnya umat muslim. Berbagai kelompok, institusi, maupun individu bahkan pemerintah Belanda mengecam pemutaran dan beredarnya Film itu, karena sengaja dibuat oleh mereka (Geert Wilders) untuk memprovokasi umat muslim sehingga membangkitkan amarah dan kebencian dengan melakukan kekerasan dan tindakan anarkis. Sehingga tuduhan mereka bahwa islam adalah teroris yang suka pada kekerasan memang benar adanya. Mereka yang membuat, kita yang terkena dampaknya.
Geert Wilders mungkin mengalami islamophobia seperti George Bush yang secara terang-terangan memusuhi Islam. muslim bagi mereka adalah teroris potensial. Mereka beranggapan islam telah mengekang kebebasan oleh karena itu mereka berjuang untuk kebebasan. Kemudian timbul pertanyaan kebebasan yang bagaimana? Justeru mereka telah terjebak angan –angan mereka sendiri dalam mengusung kebebasan dengan mengintimidasi dan mendiskriminasi umat islam. Tuduhan terhadap muslim sebagai teroris potensial merupakan salah satu alat untuk memerangi islam, peperangan pada zaman sekarang ini bukan lagi beradu fisik menggunakan pedang. Akan tetapi menggunakan perang pemikiran dengan mencuatkan kepermukaan umum mengenai suatu opini untuk menyudutkan suatu kelompok tertentu. Pada saat ini mereka telah berhasil melekatkan istilah teroris pada umat Islam.
Umat islam tentunya bereaksi atas apa yang mereka lakukan. Berbagai macam bentuk reaksi dilakukan untuk menentang mereka, namun sangat di sayangkan jika reaksi itu berupa perbuatan yang anarkis, karena hal itulah yang mereka harapkan dengan memancing emosi dan kemarahan umat Islam.
Hati umat muslim boleh terasa panas, namun akal umat muslim jangan ikut terbakar. Seyogyanya, serangan yang mereka lakukan itu dihadapi dengan hal yang sama yaitu perlawanan secara pemikiran. Dengan mencuatkan opini kepublik tentang islam yang cinta damai sampai opini itu benar-benar di yakini masyarakat dunia. Mereka menggunakan teknologi kita juga harus menggunakan teknologi. Namun pertanyaannya adalah apakah umat muslim mampu melakukan itu? Dan sampai di manakah pembelaan umat Islam khususnya para pemuda dan cendekiawan juga para akademisi muslim?
Terkhususnya kita sebagai warga negara indonesia yang majemuk. Film "FITNA" itu dapat memecah belah keutuhan dan persatuan bangsa indonesia. Maka hal itu harus di atasi dengan pemikiran yang arif dan bijaksana. Apalagi mayoritas warga negara indonesia adalah muslim. Jika tidak diimbangi dengan kepala dingin maka bisa terjadi bentrokan antar agama.
Sungguh ironis memang, dunia barat yang menggembor-gemborkan demokrasi, kebebasan, anti kekerasan dan cinta kedamaian ternyata dalam pelaksanaannya hanya 'tong kosong nyaring bunyinya'. Mereka tidak siap menerapkan pada diri mereka sendiri apa yang mereka perjuangkan. Oleh karena itu, mereka mengkambing hitamkan umat islam dengan dalih bahwa Islam agama yang mencintai kekerasan. Bahkan Geert Wilders menyebut alquran sebagai kitab fasis.
Ada ungkapan bahwa suatu kejadian itu ada hikmahnya. Disatu sisi, intimidasi dan diskriminasi terhadap umat islam menunjukan bahwa ideologi Islam itu benar dan mulia. Karena Islam menjunjung tinggi sikap toleransi dan saling hormat menghormati. Bangsa barat merasa takut jika islam bangkit kembali pada masa keemasaannya seperti dahulu. Mereka sangat picik sekali, dakwah Islam pada negeri-negeri tetangga yang terjadi pada masa sahabat dianggap penyebarannya dengan cara kekerasan.
Padahal pada masa pelayaran bangsa barat, mereka melakukan penjajahan kenegeri-negeri yang mereka temui. Bahkan mereka mengusung misi dalam pelayaran mereka yaitu Gospel, Glory dan Gold. Bukankah yang mereka lakukan itu sama saja dengan tuduhan yang ditujukan bagi umat muslim? Yang mana cara mereka sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para sahabat. Para sahabat tidak menindas masyarakat negeri yang telah di taklukan. Sedangkan mereka???
Hal ini, kiranya dapat juga sebagai bahan renungan bagi pemuda muslim yang sedang menuntut ilmu. Tidak hanya mereka yang belajar ilmu agama, akan tetapi juga mereka yang mempelajari cabang-cabang ilmu lain. Misalnya ilmu teknologi, ekonomi, politik dan lain-lain. Supaya siap dalam menghadapi musuh-musuh Allah yang mengibarkan bendera perang. Bukan perang fisik tetapi perang pemikiran.
By: AgOes.A.P
Lalu bagaimana reaksi dunia mengenai Film itu? Khususnya umat muslim. Berbagai kelompok, institusi, maupun individu bahkan pemerintah Belanda mengecam pemutaran dan beredarnya Film itu, karena sengaja dibuat oleh mereka (Geert Wilders) untuk memprovokasi umat muslim sehingga membangkitkan amarah dan kebencian dengan melakukan kekerasan dan tindakan anarkis. Sehingga tuduhan mereka bahwa islam adalah teroris yang suka pada kekerasan memang benar adanya. Mereka yang membuat, kita yang terkena dampaknya.
Geert Wilders mungkin mengalami islamophobia seperti George Bush yang secara terang-terangan memusuhi Islam. muslim bagi mereka adalah teroris potensial. Mereka beranggapan islam telah mengekang kebebasan oleh karena itu mereka berjuang untuk kebebasan. Kemudian timbul pertanyaan kebebasan yang bagaimana? Justeru mereka telah terjebak angan –angan mereka sendiri dalam mengusung kebebasan dengan mengintimidasi dan mendiskriminasi umat islam. Tuduhan terhadap muslim sebagai teroris potensial merupakan salah satu alat untuk memerangi islam, peperangan pada zaman sekarang ini bukan lagi beradu fisik menggunakan pedang. Akan tetapi menggunakan perang pemikiran dengan mencuatkan kepermukaan umum mengenai suatu opini untuk menyudutkan suatu kelompok tertentu. Pada saat ini mereka telah berhasil melekatkan istilah teroris pada umat Islam.
Umat islam tentunya bereaksi atas apa yang mereka lakukan. Berbagai macam bentuk reaksi dilakukan untuk menentang mereka, namun sangat di sayangkan jika reaksi itu berupa perbuatan yang anarkis, karena hal itulah yang mereka harapkan dengan memancing emosi dan kemarahan umat Islam.
Hati umat muslim boleh terasa panas, namun akal umat muslim jangan ikut terbakar. Seyogyanya, serangan yang mereka lakukan itu dihadapi dengan hal yang sama yaitu perlawanan secara pemikiran. Dengan mencuatkan opini kepublik tentang islam yang cinta damai sampai opini itu benar-benar di yakini masyarakat dunia. Mereka menggunakan teknologi kita juga harus menggunakan teknologi. Namun pertanyaannya adalah apakah umat muslim mampu melakukan itu? Dan sampai di manakah pembelaan umat Islam khususnya para pemuda dan cendekiawan juga para akademisi muslim?
Terkhususnya kita sebagai warga negara indonesia yang majemuk. Film "FITNA" itu dapat memecah belah keutuhan dan persatuan bangsa indonesia. Maka hal itu harus di atasi dengan pemikiran yang arif dan bijaksana. Apalagi mayoritas warga negara indonesia adalah muslim. Jika tidak diimbangi dengan kepala dingin maka bisa terjadi bentrokan antar agama.
Sungguh ironis memang, dunia barat yang menggembor-gemborkan demokrasi, kebebasan, anti kekerasan dan cinta kedamaian ternyata dalam pelaksanaannya hanya 'tong kosong nyaring bunyinya'. Mereka tidak siap menerapkan pada diri mereka sendiri apa yang mereka perjuangkan. Oleh karena itu, mereka mengkambing hitamkan umat islam dengan dalih bahwa Islam agama yang mencintai kekerasan. Bahkan Geert Wilders menyebut alquran sebagai kitab fasis.
Ada ungkapan bahwa suatu kejadian itu ada hikmahnya. Disatu sisi, intimidasi dan diskriminasi terhadap umat islam menunjukan bahwa ideologi Islam itu benar dan mulia. Karena Islam menjunjung tinggi sikap toleransi dan saling hormat menghormati. Bangsa barat merasa takut jika islam bangkit kembali pada masa keemasaannya seperti dahulu. Mereka sangat picik sekali, dakwah Islam pada negeri-negeri tetangga yang terjadi pada masa sahabat dianggap penyebarannya dengan cara kekerasan.
Padahal pada masa pelayaran bangsa barat, mereka melakukan penjajahan kenegeri-negeri yang mereka temui. Bahkan mereka mengusung misi dalam pelayaran mereka yaitu Gospel, Glory dan Gold. Bukankah yang mereka lakukan itu sama saja dengan tuduhan yang ditujukan bagi umat muslim? Yang mana cara mereka sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para sahabat. Para sahabat tidak menindas masyarakat negeri yang telah di taklukan. Sedangkan mereka???
Hal ini, kiranya dapat juga sebagai bahan renungan bagi pemuda muslim yang sedang menuntut ilmu. Tidak hanya mereka yang belajar ilmu agama, akan tetapi juga mereka yang mempelajari cabang-cabang ilmu lain. Misalnya ilmu teknologi, ekonomi, politik dan lain-lain. Supaya siap dalam menghadapi musuh-musuh Allah yang mengibarkan bendera perang. Bukan perang fisik tetapi perang pemikiran.
By: AgOes.A.P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar